Foto: Mahasiswa UIN Jakarta Raja Hotlan Harahap |
SUARA INDEPENDEN.COM, JAKARTA- Ayat-ayat yang sering dipolitisasi untuk melarang
kepemimpinan non-muslim berasal dari kekeliruan terjemahan kata awliyaa
yang ada di surah Al maidah ayat 51 yang diterjemahkan sebagai
“pemimpin”.
Yang lebih tepat untuk konteks kalimat ayat-ayat di atas
adalah sebagai Pelindung, Pengasuh, Penolong, teman dan sekutu. Karena
kita juga tidak memaknai kalimat “wali kelas” yang berbeda dari
“pemimpin alias ketua kelas”, pun “wali murid” yang maksudnya “pengasuh
murid”, bukan “pemimpin murid”. Dalam al-Qur’an juga ada “Wali
Allah”—awliyaa’ Allah, maksudnya tentu bukan “pemimpin Allah” tapi
“orang yang sangat dekat dengan Allah”.
Mungkin kita bisa bersama sama mengkaji lebih dalam Tafsir
Tafsir Al quran tersebut, supaya tidak terjadi kekeliruan dalam
memahami makna ayat ayat Al quran tersebut. Maksud saya jangan kita jual
ayat ayat Al quran itu sebagai bentuk perlawanan kepada pemimpin non
muslim yang ingin maju di DKI 1, karena meraka non muslim punya hak
juga menjadi pemimpin bangsa ini, karena negara kita ini adalah negara
DEMOKRASI bukan negara syariat. Berpolitik lah secara yang sehat
Mungkin kalo masih ada Bapak pluralis kita ( Alm. GUSDUR ) Sangat gampang mengatasi kegaduhan politisasi ayat Al quran ini.
Ditulis Oleh: Raja Hotlan Harahap
Lahir, Purbatua Dolok, Kab, Paluta, Propinsi Sumatera Utara 3 Juli 1996.
Mahasiswa UIN Jakarta, Semester 5 fakultas Ushuluddin,
Jum-at, 07 Oktober 2016
Editor: Ginanda