Foto: Ardiansyah saragih. |
SUARA INDPENDEN. COM, JAKARTA- Sekretaris Jenderal Pimpinan pusat Generasi muda Al ittihadiyah Ardiansyah saragih, mengutuk keras tragedi pembantaian etnis muslim Rohingya di kawasan Rakhine Myanmar.
Menurut Ardiansyah, tindakan aparat militer dan tokoh agama Myanmar tersebut masuk dalam kategori tindakan yang sangat biadab dan genocida atau pembasmian etnis. Tindakan tersebut harus dihentikan untuk selama-lamanya, " kata Ardiansyah, ketika wartawan menerima tulisannya, Jumat, (8/09/2017).
Ardiansyah saragih yang juga Ketua Umum DPP Gemais, menjelaskan, aksi pembantaian yang dilakukan militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya di daerah Rakhine Myanmar terus berulang. Padahal pemimpin-pemimpin negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN dan PBB sudah meminta hal tersebut dihentikan.
“Yang menyedihkan bagi kami adalah, tokoh-tokoh agama mayoritas seperti Ashin Wirathu dan tokoh politik di Myanmar seperti Aung Saan Suu Kyi bukannya menyadarkan pemimpin militer, untuk menghentikan aksi keji mereka.
"Karena aksi kekerasan dan pembantaian terhadap umat manusia apapun dan dimanapun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama. Tapi justru mereka malah menjadi motor penggerak atau ikut-ikutan membantai. Karena itu Kami juga menuntut agar hadiah Nobel Perdamaian yang pernah diberikan kepada Aung Saan Suu Kyi dicabut. Ternyata Aung Saan Suu Kyi bukan pecinta perdamaian, tapi pendukung pembantaian umat manusia,” tegas tokoh pemuda Nasional itu.
Saya berharap, pemerintah harus bertindak tegas atas peristiwa kemanusiaan yang terjadi di Rohingya dengan memutuskan hubungan politik bilateral dengan Myanmar dan mengusir Kedubes Myanmar dari Indonesia,” tutupnya.
Jumat, 8 September 2017
Jurnalis: Budi
Editor: M. Rifai