Foto: Konferensi Pers Formasu Jakarta |
SUARA INDEPENDEN.COM- Aksi teror bom di tiga lokasi di Surabaya Minggu pagi kemarin (13/5) menjadi isyarat bahwa jaringan terorisme kembali menggeliat, menyusul peristiwa Mako Brimob yang menewaskan 5 anggota polisi dan 4 luka-luka beberapa hari lalu.
“Sungguh keji para pelaku teror yang semakin ganas dan brutal dalam melakukan aksinya, sehingga mengorbankan orang-orang yang tidak berdosa tanpa mengenal siapapun itu, serta berpotensi menyulut konflik dan memecah belah persatuan”, ungkap Ketua Formasu Jakarta Dedi siregar, dalam Komferensi Pers, Kafe Taquy 99, Jakarta, Senin, (14/05/2018).
Sedangkan menurut Wakil Ketua Formasu M.Awal Pane mengatakan, pola aksi para teroris kali ini memanfaatkan momentum memasuki bulan suci Ramadhan dan di tengah hiruk pikuknya gonjang-ganjing politik terkait Pilkada serentak 2018 dan menyongsong Pilpres 2019.
“Gerakan teroris itu penuh dengan strategi dan taktik – paling tidak secara simbolik mereka lebih awal menunjukkan kemampuannya bisa melawan ‘kekuatan negara’ dan dapat merebut perhatian luas -gaya serangan yang digunakan seperti perang kilat (blitzkrieg), dan ini efektif karena mengandung unsur suprise untuk menimbulkan rasa takut yang tinggi," tegas Awal Pane.
Formasu Jakarta berharap masyarakat harus tetap tenang dan waspada karena aksi teror semacam ini kita harus lawan secara terukur, dimana aksi ini bagaikan bentuk politik balas dendam (revanche idea) dan merupakan
konflik faham (pertentangan ideologi) yang mengakar dan terus tertular dan terwarisi kepada penerusnya.
“Ayo bersatu melawan aksi terror!, tidak ada ampun bagi para pelaku kekerasan di negeri ini, bangsa dan negara ini dibangun dengan penuh pengorbanan, sehingga tidak boleh ada ruang kepada siapapun untuk mencabik-cabik kerukunan, kedamaian dan persatuan Indonesia”, tutupnya.
Senin, 14 Mei 2018.
Jurnalis: Rizki
Editor: Citia Ramona